Hi apa kabar? Semoga baik, kalo engga pun ga apa. I have something for you btw…
Enjoy reading!
Sekitar akhir Mei 2023, tanggal
30 (lupa harinya) … aku ngobrol sama Ajim. Ngomongin garis besar what I feel
about, karena dia yang menurutku capable untuk dihubungi dan bisa
kasih saran yang logis saat itu. Caused I don’t need sugar coating.
Mulai dari bahasan yang samar sampai sedikit lebih dalam. Gak hanya aku yang
sumpek, tapi doi juga. Akhirnya kami sepakat memutuskan untuk find out
something ke Malang.
Kalo ditanya ngapain? Ga ada
alasan khusus, butuh menemukan sesuatu yang baru, entah itu suasana selama
perjalanan, ketemu orang baru, singgah di suatu tempat yang asing, momen dan
kesan yang ga sama sekali disengaja, dan nuansa baru. Simpelnya, sedekah emosi
dengan membaur dalam perjalalanan.
Lalu, kalo ditanya kemana? Bingung
juga si jawabnya. I don’t have any idea of this. So, she is. Karena deep
down in mind cuma mau sekedar jalan aja, tidak mau merencanakan apa-apa dan
berekspektasi apa-apa. Sekedar melangkahkan kaki, keluar dari rumah sebelum
kembali lagi ke rumah. Seharian.
So, we spended that day
untuk jalan, kabur sementara dari realita haha…
***
Kami berangkat sekitar pukul 5
pagi. Sepanjang jalan malah tidur, wajar juga kan masih pagi buta. Ya, meskipun
sesekali ngobrol juga. Tiba di stasiun Malang pukul 8 kurang. Suasananya masih
sepi, selain dari karena memang bukan weekend, sengaja biar ga terlalu
riweh di perjalanan. Tempat pertama, kampung 3 warna. Karena ga terlalu jauh,
kami jalan kaki. Tempatnya penuh warna, sesuai dengan yang direpresentasikan
oleh namanya. Tebak apa yang kami lakukan pertama kali di sana? Betul, foto-foto. Ga lama ada bapak-bapak,
mungkin penduduk setempat yang menghampiri kami. Beliau mengarahkan untuk lebih
dulu beli tiket masuk.
Btw, kalo penasaran sama
sejarahnya bisa baca di
sini
Harganya 5000 perorang untuk
tiket masuknya. Aku agak kaget karena ternyata tiketnya berupa gantungan kunci
beragam bentuk. Lucu-lucu…Wawww… Cara mereka mengapresiasi mengesankan sekali.
Salut! Salut! Pengalaman pribadi, biasanya tiket masuk untuk tempat wisata
hanya berupa selembar kertas dengan ukuran bervariasi dan bentuk, misalnya
dibuat jadi gelang kalo kreatif. Ada juga yang pake stemple atau sekedar karcis
bujur sangkar.
Well, kami kembali berjalan agak
ke dalam. Sepintas pola dan susunan bangunannya serupa dengan yang ada di
Bandung (kalo pernah main ke daerah Plesiran dan Sangkuriang Dalam). Bedanya
rumahnya dicat warna -warni dan sekitarnya dihiasi pernak pernik. Kreatif! Faktanya
kampung dulunya ternyata tidak sewarna-warni seperti sekarang, berkat dorongan
dari mahasiswa yang punya kepeduliaan atas lingkungan sehingga mereka menyulap
kampung tersebut menjadi seperti sekarang.
Terdapat jalan setapak dekat
dengan batas perkampungan, di sana ada jembatan tinggi terbentang di atas
sungai Brantas. Pijakannya dibuat dengan kaca dan ada lampunya. Kelihatannya
kalau malam hari akan lebih indah dengan gerlapnya cahaya lampu yang juga
memantul ke air. Setelahnya kami kembali dan tidak lupa kulineran di sekitaran
sana. Jajan seblak. Yeah… harap memaklumi, lama hidup di Bandung.
Destinasi selanjutnya, …
MOG. Mall Olympic Garden.
Belasan taun hidup di Sidoarjo, baru paham kalau Malang juga ada Mall-nya.
Lagi-lagi hanya disambut keheningan, karena tempatnya baru saja di buka pukul
10. Yang di sasar ketika di sana adalah food court. Nyaman tempatnya.
Ada 2 jaman kami duduk ngobrol sambil ngemil ayam plus es teh rasa-rasa (ga
bole sebut merk, oops). Di depan kami, selisih satu bangku ada mas-mas. Kusut
banget tampangnya. Cukup mendistract obrolan kami. Bukan apa-apa, lebih karena
ga tega sekaligus bersyukur, setidaknya sesumpek-sumpeknya aku tidak terlihat
sekusut itu. Banyak spekulasi di kepala, seperti biasa. Tapi yowis, didoain aja
semoga apapun masalah masnya segera ketemu solusinya.
Menyempatkan untuk keliling
berharap menemukan toko buku, dari lantai paling atas sampai lantai satu. Faktanya,
tetep ga nemu. Kesimpulan yang didapat after muter-muter adalah bangunan MOG
mirip seperti TP 4. Dan, karena udah laper dan rencananya masih mau beli
oleh-oleh, setelah sholat kami putusan untuk kembali menuju stasiun Malang.
Untungnya tempat makan dan lokasi
oleh-oleh ada di sekitaran situ, jadi ga begitu ribet. Kami makan baso,
lumayanlah rasanya, tetapi ga segede ekspektasi. Ditambah satu kebodohan, aku
kebayakan menambahkan kecap. Kecapnya bukan cluster kecap-kecap yang biasa
orang rumah pake. Gimana ya? After taste-nya tuh, ada kasih rasa pahit. Tapi ya
sudahlah, karena sudah terlanjur, kan mubazir kalo tidak dihabiskan…
Habis makan kenyang, lanjut beli
oleh-oleh. Belinya ga aneh-aneh, kripik tempe. Lalu masih sisa 2 jam untuk
jadwal kereta kami. Tetapi karena mager untuk berpikir dan menentukan kemana
lagi tempat yang akan disatroni, akhirnya kami menunggu di stasiun. Dan berkat,
kebiasaan ogut yang harus sekali ke toilet sementara di ruang tunggu bagian
depan stasiun sama sekali tidak ada toilet dan semacamnya. Aku bisa masuk
(karena izin ke petugasnya) dan nunggu di dalem. Ga lama, Ajim… ku minta untuk
nyusulin ke dalam, parahnya doi mau lagi wkwkk… habisnya aga males kalau harus
bolak-balik lagi. Menunggulah kami di dalam sana sambil ngobrol dan charging
daya hp. Obrolannya ga begitu serius sebetulnya, tapi justru di sini malah
dapet kutipan yang mengena.
Ini bisa jadi reminder
untuk ku pun dengan kalian.
“Setiap orang itu punya masalah
dan ujiannya tersendiri, ga baik kalau terus menerus berputus asa, bersedih
berkepanjangan, dan selalu berprasangka buruk terhadap Tuhan, diri sendiri, dan
situasi. Sebab itu semua adalah muslihat iblis, mereka bergembira atas itu.
Jadi, alih-alih bersedih dan berputus aja, lebih baik untuk mengusahakan
sedikit demi sedikit apa saja yang dapat diupayakan, selalu berpositive
thinking, terutama berdo’a dan berprasangka baik terhadap Tuhan.”
Waaaw, menyentil sekali… lebih
dari sekedar cukup untuk pengingat…
Obrolan panjang kami harus usai
karena waktunya pulang… dan kembali ke rumah masing-masing.
And what important things that
I got from that day adalah… selain cuci mata, lebih bisa bersyukur dan bisa
mikir lebih jernih, juga dapet energi baru buat minggu depannya. Jadi misi
“menemukan sesuatunya” bisa dikatakan sukses . Mission completed!
Tidak dapat memastikan apakah doi
membacanya ini atau tidak, maybe tomorrow atau one day sekalipun.
Thanks a lot! So grateful to have that moment.
***
24 /06/2023
13.54.57
0 comments