Dini Hari


Meramu waktu, sejenak menerpa diri dengan serangkaian ilusi.

Menerawang entah sejauh mana angan membentang.

Sunyi, hanya detak jarum jam mengisi.

Hawa dingin meresap hingga nadi, memberi sensasi nyeri


Samar rintik hujan berduyun duyun hadir,

Membasuh atap penaung makhluk fana yang tengah terlelap.

Gelenyar asing hadir tanpa disangka,

Bersama itu memberi rasa nyaman dan menenangkan.


Rintik- rintik kecil, kini berubah menjadi gemuruh hujan.

Gemercik air, jatuh membawa serpihan kenangan.

Memori yang mengabur tampak jelas dalam benak.

Tak henti berputar, bersamaan mempermainkan.


Kala itu masih fajar, terpatri dengan jelas dalam jejak ingatan.

Deru lokomotif, bergema hingga gerbong nomor tiga.

Satu persatu deretan kosong bangku tegak terpenuhi

Menyisakan satu ruang untuk seorang diri.


Bunyi peluit berdenging,

Perjalanan panjang, sudah terhampar rupaya.

Kereta bergemuruh,

Sayangnya gemuruh dalam benaknya jauh lebih kentara.


Tidak  jauh dari hadirnya

Sosok yang tak asing, hadir tak jauh darinya

Di sudut gerbong lain, yang tak seberapa jauhnya.

Di tempat berbeda, namun dengan tujuan yang sama 


Menunggu...

Menanti, tanpa henti...

Mengucap janji dalam getar bibirnya.

Hingga  semesta bekerja.

You Might Also Like

0 comments