Sebuah Rasa

Cinta punya definisi yang tidak terjangkau dan bahkan tidak jelas. Beragam bahasa dalam jutaan perbendaharaan katanya tidak dapat menggambarkan dengan gamblang. Setiap orang punya tutur bahasa dan cara tersendiri untuk mengungkapkan cinta.

“Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Everyone gonna do anything just for love”.   ̶̶  Robert J. Sternberg .

“Tak ada satu pun fenomena yang menggambarkan apa itu cinta, sebab cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks.”  ̶ Hendrick  dan Hendrick.

“Perasaan positif yang kuat dan dirasakan. Elemen penting dari cinta yaitu perhatian dan rasa hormat untuk menciptakan penghargaan terhadap satu sama lain.”  ̶ Liebowitz.

Three of those statement refer to one thing, “perasaan atau emosi”. Tidaklah perlu dikarunia mata dengan binar jelita hanya untuk mengaguminya, tidak perlu pintar membaca hanya untuk bisa memahaminya, dan tidak perlu menjadi seorang yang melankolis hanya supaya dapat merasakan betapa dahsyatnya.

***

Cinta punya ragam jenis dan versinya. Kehangatan dan kemolekannya bergantung bagaimana paradigma dan bagaimana seseorang meresapinya.

Cinta untuk Tuhan mu..

Cinta untuk dirimu...

Cinta untuk orang tua mu...

Cinta untuk teman dan sahabatmu...

Cinta untuk yang terkasih....

Dan berjuta cinta lainnya....

Masing-masing punya kualitas yang tak bisa dipukul rata. Jadi tidak etis apabila membandingkan cinta yang satu dengan cinta yang lainnya. Satu hal pasti, semua manusia yang berhati, tentu tidak sabar menanti kapan datangnya, karena cinta merupakan perlambangan yang paling nyata akan sebuah rasa, asa, dan harapan. Rasa yang paling tidak bisa dihindari, teramat sulit diantisipasi, seberapapun kerasnya untuk menampik.

Love is addicted, and when it taken away from someone, they can experience the weird feeling “withdrawals and relapse” in anytime.

Memabukkan juga mematikan dalam waktu bersamaan. Sekali terjatuh maka akan terperosok terlalu dalam, lalu akan tenggelam dalam ketidakwarasan. Ketika sudah terlalu jauh melangkah, maka akan menyesatkan. Orang dibuat menjadi linglung selayaknya si dungu yang bodoh. Logika dan akalnya hilang entah kemana. Mengerikan .

Orang dibuat nekad untuk melakukan apa saja. Nalarnya seperti dipaksa untuk berperan menjadi siapa saja. Seperti halnya Majnun yang tergila gila pada Laila. Menjadikannya pemuda arif, yang pada akhirnya tak tahu menahu siapa jati dirinya.

Jadi tidak salah, tatkala ada yang bertanya, “apa yang paling berbahaya dari manusia?” jawabanya adalah rasa berikut cinta dan kedalamannya.

Kadang kala cinta juga menyakitkan, karena tak jarang antara khayal dalam benak dengan  realita di depan mata tidak bersesuaian. Sebab tidak berakhir sama seperti kenyataan. Ketika angan ditumbangkan dengan sebuah kenyataan yang cukup kejam. Terkadang rasa itu menciptakan perih tak terperi hingga menjadi sebab padamnya rasa dan nurani. Bahkan, terkadang seseorang tidak sama sekali menyadarinya, atau paling tidak sudah cukup terlambat untuk mengerti.

Hal utama dalam cinta yakni perhatian dan kasih sayang yang senantiasa dicurahkan. Tulus tanpa kepamrihan, ikhlas tanpa menjadi sebuah beban. Alangkah beruntungnya mereka yang dikarunai cinta dan segala rasa yang mewarnainya. Menciptakan harmoni dalam untaian dialognya. Ya, sebuah dialog.

Seorang ulama berkata, bahawa cinta adalah dialog antara dua aku, yang satu sama lainnya tidak saling memaksa. Sebuah dialog terjadi tak hanya seorang diri, aku yang satu tidak bisa dilebur menjadi aku yang lainnya. Dialog yang tidak hanya dituturkan melalui manisnya lisan. Namun ada seribu satu cara pengungkapannya. Melalui tatapan mendalam, perbuatan menyejukkan, dan lain sebagainya. Keistimewaan yang tidak dimiliki oleh setiap rasa.

***

Jika tidak lupa, manusia sudah ada sejak ribuan tahun lamanya. Dalam peradaban manusia, sudah banyak diceritakan bagaimana kisah kasih dalam bercinta. Menjadi sebuah legenda yang dielu-elukan. Cinta yang digambarkan dengan begitu suci dan agungnya.

 

Cinta Ali bin Abi Thalib pada Fatimah az zahra, yang bahkan setan tak tahu menahu akan urusan di dalam hati keduanya.

Cinta Ibrahim pada Sulaiman. Bukti cinta seoarang ayah pada anak lelakinya dan cinta yang begitu dahsyatnya kepada Tuhan yang menciptakannya. Yang menghembuskan rasa itu dalam rongga dadanya

Cinta klasik Romeo dan Juliet, sepasang anak manusia yang nekat menantang restu, dan mengantarkan mereka pada maut.

Cinta Asiyah kepada Nabi Musa. Cinta tulus seorang ibu angkat pada anaknya.

Cinta abadi seorang kaisar Mughal, Syah Jahan pada Mumtaz, sang Istri. Sebagai lambang cinta dan bukti kesetiaannya, Syah Jahan membuat sebuah bangunan megah yang sekarang dikenal dengan Taj Mahal, bertempat di Kota Agra,India. Bangunan megah berdinding pualam tersebut sejatinya merupakan monument makan milik Mumtaz Mahal, yang dibuat dengan arsiktektur bernuansa islami. Di bangun di dekat sumber air yakni Sungai Yamuna dan di dalamnya terdapat masjid untuk beribadah. Dan belum lama, sebuah peristiwa telah terjadi. Serupa dengan Taj Mahal, seorang ayah yang menghadiahkan makan untuk putera dengan kompleks masjid yang dikelilingi dengan sumber air juga pemandangan yang luar biasa indah.  Masjid yang dinamai Al-Mumtaz ̶ “Terbaik”

***

"Love has nothing to do with what you are expect to get — only with what you are expecting to give — which is everything." Katharine Hepburn

#Symbol of life is.Without any word and madness.




Bumblebee




Merpati


Red Rose


Swan

***

[18/06/2022]

Thank you

You Might Also Like

0 comments