Pergi dan Kembali Lagi
Tersisa dua bulan lagi,
Sampai detik ini, masih tak henti,
Untuk
menghitung lagi dan lagi,
Sembari
bertanya, kapan tepatnya akan pergi?
Akan kah, pergi dan enggan untuk perpaling lagi?
Atau hanya
sebuah jeda untuk kemudian direkatkan kembali…
Enam puluh hari dalam
rangkuman waktu yang singkat,
Senantiasa
dibuat berjingkat,
Yang
sudah-sudah waktu berlalu begitu cepat,
Menolak untuk
sekedar singgah, walau sekelebat
Siapa
sangka, dari miliaran waktu yang
dipunyai,
Alangkah,
disayangkan sama sekali tidak dapat direka kembali,
Hanya
sepersekian puluh, yang benar -benar dimaknai,
Dinikmati,
tanpa disesali,
Lalu mengapa
yang sedikit itu, justru bertransformasi menjadi momen paling kejam,
Hanya
sekelebat, begitu nikmat, sekaligus menikam dalam kelam,
Yang sedikit
itu, sama sekali tidak dapat direka,
Meskipun
berulang kali meronta untuk meminta,
Bisakah
berhenti?
Bisakah
dimengerti?
Atau paling
tidak, bolehkan diulang kembali?
Andaikan,
pengandaian yang tak hanya jadi sebuah lolucon kosong,
Waktu yang
begitu lucu,
Memberi ruang
untuk berpuas diri, terlena, hingga lupa diri,
Laksana dahaga
yang tercipta oleh sengat mentari,
Sekejap mata
terobati hanya dengan menenggelamkan diri dalam jernihnya air,
Apakah selesai?
Tidak, waktu
seakan mempermaikan,
Alih-alih waktu
yang katanya dapat menyembuhkan,
Alih-alih waktu
yang sering dibicarakan dapat mereduksi friksi
Tentu tidak, bukan begitu cara waktu bekerja,
Siapapun akan
telena oleh waktu,
Ia menggiurkan,
namun momen yang tercipta bersamanya turut menenggelamkan,
Kepuasan yang
sejenak itu, berubah menjadi kepingan menyesakkan,
Menyakitkan, bukan begitu?
Menyisakan
memori-memori, yang hanya dapat dikenang
Yang hanya
menjadi bayang-bayang,
Waktu, datang
dan pergi tak menentu,
Menyiksa siapa saja yang rela menunggu,
Tak kuasa untuk
dikejar
Menjauh, mustahil untuk digapai,
Meramu beribu rasa acak menggelenggar,
Menyerahkan diri untuk terus menanti,
***
[29/05/2022]
Thank you, sudah menilik!
Stay healthy and happy!!!