Dalam sepi yang nyatanya jelas-jelas tengah di kelilingi…
- June 22, 2023
- By Travelianew
- 0 Comments
Sebagian orang mungkin terheran-heran. Coba bayangkan saja, bagaimana bisa dikatakan sepi jika, kamu berada dalam kerumunan orang, tidak hanya satu namun belasan orang? Satu perasaan yang kerap kali membuat bias. Suara percakapan lantang yang seharusnya mampu mengisi ruang sunyi di dalam diri justru terdengar menjauh dan sama saja, meciptakan lengkingan dengan frekuensi nyaring berdenging penyebab rasa pusing.
Aku penasaran, apakah di antara banyaknya orang yang tertawa girang di sisi sana, benar-benar sedang tertawa atau sebaliknya, mereka hanya berpura-pura untuk sejenak menyisihkan air mata lara yang sebenarnya siap untuk tumpah ruah kapan saja. Jika mereka merupakan bagian yang kedua, berarti memang aku bukan satu-satunya tokoh utama.
Pernah suatu ketika, aku terperangkap di moment tersebut. Mungkin kamu juga? Rutinitas yang monoton dan terus berulang-ulang menyebabkan penat dan perasaan sepi, rasanya kosong. Berpikir bahwa, keluar dari gubug dan bersua dengan yang lainnya bisa menjadi penawarnya. Namun, ternyata salah kaprah. Teori saja tidak melulu berbanding lurus dengan realitanya. Rasa sepi justru semakin kuat memeluk, menciptakan sensasi tercekik.
Moment seperti itu tidak hanya terjadi satu atau dua kali, namun sering kali terjadi. Ketika jelas-jelas hiruk pikuk keramaian mengelilingi sekitar. Bahkan dalam obrolan yang kerap kali diselingi dengan humor receh, tetap saja tidak bisa mengalihkan kekosongan yang sedang dirasakan. Tidak ada celah sama sekali untuk melebur bersama keramaian itu. Bukan tidak ingin, tetapi memang benar-benar tidak bisa. Semakin dipaksa, justru semakin nelangsa.
Jika kamu pernah, rasanya mirip seperti ketika
mencelupkan tubuh dari ujung kaki hingga kepala. Terdengar berisik di dalam
sana, gaduh yang disebabkan oleh gelombang-gelombang air. Mengerikan! Pada
keadaan seperti itu, ingin rasanya cepat-cepat kabur. Aku jadi heran, kepada
mereka yang bisa tetap bersikap girang, seolah - olah meraka mendapatkan peran
untuk menghibur orang-orang kesepian atau yang dianggap menyedihkan. Apa tidak
lelah?
Baru-baru ini aku baru “tau”, bahwa menyendiri untuk sejenak menyisih dengan diri sendiri adalah obat termujarap untuk mengusir rasa sepi. Menyendiri memberi ruang untuk kembali menjadi diri sendiri, tidak harus berlagak dan bertingkah seolah semua biasa-biasa saja. Tanpa perlu menebar tawa haha hihi, singkatnya topeng yang mungkin saja sengaja dipasang sebagai salah satu atribut wajib dalam pertunjukan hidup ini, bisa dilepaskan barang sekejap.
Kamu bebas merasakan dan
menumpahkan segala bentuk emosi yang berkecamuk. Karena tidak seharusnya lari,
tetapi kamu perlu memvalidasi dan mengurai setiap rasa yang disebabkan karena
sebuah peristiwa. Anggap saja, kamu sedang memantulkan pikiran dan emosi mu
pada dirimu sendiri, layaknya sedang bercakap. Berkontemplasi dengan diri
sendiri, merenungi dan mengudar apapun yang sedang dirasakan dan dipikirkan.
Tahu tidak? Bahwa lebih baik
sedikit demi sedikit dirasakan kemudian diluapkan, daripada ditumpuk hingga
menggunung dan akhirnya meledak. Sama seperti bom waktu. Dengan menyendiri kamu
seolah bisa menemukan jati diri sendiri, menyingkap sisi lain diri yang belum
diketahui. Bisa disebabkan karena tidak sadar lantas jadi tak mengerti, bisa
saja menjadi bias karena terlalu tumpeng tindih dengan pemikiran dan pribadi
orang lain. Macam-macam faktornya, yang terkadang saling bergesekan dan
menjauhkan kamu dari versi asli dirimu. Hmmm.
Dan ternyata, sendiri bukan
berarti lantas terlihat menyedihkan, kamu dapat menjumpai ketenangan di dalam
sana jika berhasil mencarinya dengan cara yang benar. Lalu, riuh heboh yang
diumbar-umbar belum tentu dapat mengusir sepi. Jadi akan sangat salah, jika
mengharapkan orang lain bisa mengisi sunyi yang saat itu mungkin sedang
hinggap. Resapi saja. Barang kali kamu harus merasakan dulu bagaimana merasa
sepi, sebelum menikmati apa itu yang namanya ramai.
***
23/06/2023